Jurusan
Teknik Geodesi dari tahun ke tahun semakin menarik minat para generasi penerus
bangsa Indonesia ini. Hal ini bisa dikarenakan mereka tahu bahwa tenaga ahli
dalam bidang Geodesi dan Geomatika di Indonesia masih sangat sedikit, sedangkan
keterbutuhan tenaga ahli ini dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring
dengan permasalahan dan perkembangan di bidang pengukuran dan pemetaan, prospek
kerja jurusan ini juga masih sangat terbuka lebar tentunya semua kembali pada
kapasitas dan kapabilitas diri kita selama kuliah nantinya.
Pengertian
dan Mata Kuliah Jurusan Teknik Geodesi silahkan klik disini. Jurusan Teknik
Geodesi Geomatika di Indonesia saat ini total 11 perguruan tinggi, 6 Perguruan
Tinggi Negeri (PTN), yaitu Teknik Geodesi dan Geomatika Insitut TeknologiBandung (ITB), Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM), Teknik GeomatikaInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Teknik Geodesi UniversitasDiponegoro (UNDIP), Teknik Geodesi dan Geomatika Universitas Negeri Lampung(UNILA), Teknik Geomatika Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan 5
Perguruan Tinggi Swasta (PTS), yaitu Institut Teknologi Nasional (ITENAS)Bandung, Universitas Winaya Mukti (UNWIM) Bandung, Institut Teknologi Nasional (ITN)Malang, Universitas Pakuan (UNPAK) Bogor, dan Institut Teknologi Padang (ITP).
Berikut daftar Jurusan Teknik Geodesi Geomatika PTN
beserta sejarah singkatnya :
Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian (FITB) semula adalah bagian dari Fakultas Ilmu Kebumian
dan Teknologi Mineral (FIKTM). Ide pemekaran FIKTM muncul karena spektrum
ilmu kebumian yang lebar dan memunculkan dikotomi sains (science) dan teknik
(engineering). Keadaan ini mengakibatkan adanya perbedaan antar bidang ilmu
yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya khususnya dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan tinggi di FIKTM. Bidang-bidang ilmu kebumian
seperti geologi, geofisika, meteorologi dan osenografi mepelajari bumi untuk
dapat memehami fenomena-fenomena yang tentunya bermanfaat untuk berbagai hal
yang menyangkut kehidupan manusia termasuk memberi gambaran tentang sumberdaya
yang terkandung di dalam bumi tersebut. Bidang-bidang ini memiliki kandungan
sains yang besar namun tidak lepas dari kandungan terapannya.
Sementara bidang
yang mengkaji sumberdaya yang terkandung di dalam bumi, selain membutuhkan
pengetahuan dasar ilmu kebumian, juga perlu di lengkapi dengan berbagai cara
dan metoda terapan untuk menkuantifikasi potensi dan cadangan, mengusahakan
(eksploitasi), mengolah, dan mengelola (manajemen) sumberdaya bumi agar dapat
dimanfaatkan secara optimal. Bidang-bidang terapan yang memiliki kandungan
engineering yang lebih besar mencakup bidang pertambangan dan perminyakan.
Berdasarkan
pertimbangan diatas, maka FIKTM dimekarkan menjadi Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian (FITB) dan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM). Tujuan
dari pembentukan kedua Unit Keilmuan Serumpun (UKS) adalah mengembangkan
institusi keilmuan yang lebih fokus dalam rangka mencapai visi menjadi
institusi bertaraf internasional. Organisasi yang lebih ramping tentunya
memiliki kendali manajemen yang lebih baik sehingga diharapkan lebih lincah dan
sigap dalam memmilih langkah untuk mencapai visi tersebut. Dengan lebih
fokusnya masing-masing UKS terutama maka diharapkan peran dari UKS, termasuk KK
dan program studi di dalamnya, lebih meningkat, baik secara internal maupun
secara eksternal untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi bangsa dan
negara RI.
Pemekaran
fakultas tersebut dikuatkan oleh :
1.
SK Rektor
Institut Teknologi Bandung nomor 040/K01/SK/OT/2007 tentang Perubahan FIKTM
menjadi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) dan Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian (FITB) dan
2.
SK Rektor Institut Teknologi Bandung nomor
257/SK/K01/OT/2007 tentang Pemindahan Program Studi Geodesi dan Geomatika dan
Kelompok Keilmuan/keahlian Geodesi, KK Inderaja dan Sains Informasi Geografis,
KK Sains dan Rekayasa Hidrografi, KK Surveying dan Kadaster dari Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan ke Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
Institut Teknologi Bandung.
Jurusan Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu dari
delapan Jurusan yang ada di lingkungan Fakultas Teknik UGM. Pada awal
berdirinya yaitu pada bulan Agustus tahun 1959 masih merupakan program studi
gabungan dengan program studi Teknik Geologi yang bernama Bagian Teknik Geodesi
dan Geologi. Pada tahun 1962, berdasar UU No. 22 Tahun 1961, Bagian Teknik
Geodesi dan Geologi dipecah menjadi dua bagian yaitu Bagian Teknik Geodesi dan
Bagian Teknik Geologi yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri. Pada tahun
1980, berdasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0214/U/1979, Bagian
Teknik Geodesi berubah menjadi Jurusan Teknik Geodesi dengan memberlakukan
kurikulum baru 1980 yang untuk pertama kalinya menerapkan Sistem Kredit Semester
(SKS).
Mulai tahun
1994, Jurusan Teknik Geodesi menempati Kampus baru berlantai 3 seluas 4.237 m2
di Kompleks Fakultas Teknik UGM Jl. Grafika No 2, Yogyakarta. Jurusan Teknik
Geodesi Fakultas Teknik UGM saat ini memiliki staf dosen sebanyak 35 orang, dengan
rincian 11 orang Doktor (S3) dan 28 orang Master (S2). Saat ini 8 orang sedang
mengikuti program Doktor dengan rincian 2 orang di Australia, 1 orang di
Malaysia, dan 5 orang di UGM.
Struktur
kepengurusan Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM saat ini terdiri atas; Ketua
Jurusan, Sekretaris Jurusan dan tiga Pembantu Pengurus Jurusan (PPJ) yaitu PPJ
I Bidang Akademik, Penelitian dan Alumni, PPJ II Bidang Administrasi, Keuangan
dan SDM, PPJ III Kemahasiswaan, Bidang Sarana Prasarana dan TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi). Program Studi Diploma 3 dan S2 masih menginduk
kepada Struktur Organisasi Jurusan karena secara organisasi masih berada di
bawah Jurusan Teknik Geodesi FT UGM. Untuk operasional organisasi,
masing-masing Program Studi tersebut memiliki Ketua dan Sekretaris
Program/Pengelola tersendiri.
Peran aktif dari
para dosen yang mempunyai spesialisasi Teknik Geodesi ITS dalam berorganisasi
profesi di Indonesia seperti ISI (Ikatan Surveyor Indonesia), MAPIN
(Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesi), ISGI ( Ikatan Sarjana
Geodesi Indonesia), MAPETA ( Masyarakat Pemetaan), DGI (Dewan Geomatika
Indonesia) dan PII (Persatuan Insinyur Indonesia) serta
diluar negeri seperti IAG (International Association of
Geodesy) dan ISPRS (International Society of Photogrammetry and Remote
Sensing) baik sebagai anggota maupun pengurus terus diupayakan. jUniv.
Paul Sabatier dan l’Université de Nice-Sophia – Univ. Hannover.
Dari
kegiatan-kegiatan diatas, menunjukan usaha-usaha untuk lebih mengenalkan Teknik
Geodesi secara umum dan defakto kepada masyarakat baik di ITS maupun diluar
ITS. Yang meskipun banyak kendala dan keterbatasan yang harus diselesaikan baik
yang bersifat internal di ITS sendiri dan setelah proses pengenalan dan
usaha-usaha telah dilakukan selama lebih dari 15 tahun sejak dicanangkan, maka
pada bulan Maret 1998, usulan Program Studi Teknik Geodesi untuk Program
Sarjana (S-1) telah diusulkan oleh ITS ke Dikti Depdiknas.
Dan pada tanggal
24 Juni 1998 setelah menunggu kurang lebih 3 bulan, Program Studi Teknik
Geodesi akhirnya secara resmi dapat diwujudkan dengan diterbitkannya Surat
Keputusan No. 205/DIKTI/Kep/1998 tanggal 24 Juni 1998.
Saat ini ilmu
geodesi tidak hanya berbicara tentang bentuk dan ukuran bumi saja tetapi juga
teknologi informasi geospasial. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri, bahwa
munculnya era GEOMATIKA ini tidak terlepas dari kebutuhan yang mendesak dari
masyarakat modern untuk memecahkan persoalan secara simultan, cepat, benar,
efisien dan aktual dari semua faktor yang mempengaruhi sistem tersebut,
sehingga diperoleh hasil yang optimal. Era ini didorong oleh lahirnya
teknologi informatika tahun 1960-an, yang telah mendorong ilmu dan teknologi di
bidang survai dan pemetaan maupun geodesi berkembang secara drastis, karena
pengolahan data dan sistim pemetaan di lapangan serba menggunakan teknologi
serba otomatis atau komputer, hal inilah yang mendorong munculnya wacana
geodesi menjadi ilmu dan teknologi ”GEOMATIKA”. Di Kanada dan Amerika Serikat,
GEOMATIKA telah dikembangkan ke arah agraria/kadastral dan pajak, yang dikenal
dengan Land Information System (LIS) atau Sistem Informasi Pertanahan.
Dengan latar
belakang diatas serta didukung sumber daya manusia (SDM) di Prodi Teknik
Geodesi – FTSP ITS yang mempunyai 14 orang dosen dengan berbagai spesialisasi
al. bidang Geodesi, Geomatika (Pemetaan Digital, Fotogrametri Digital,
GIS dan Penginderaan Jauh), Hidrografi dan Pertanahan dengan komposisi
pendidikan bergelar doktor (S-3) sebanyak 3 orang (1 Prof), master (S-2)
adalah 11 orang (6 dosen saat ini sedang studi lanjut ke jenjang S-3) maka
mengajukan untuk berubah nama. Nama TEKNIK GEOMATIKA akhirnya dipilih setelah
disetujui Senat ITS .
Setelah melalui
beberapa tahap mulai dari usulan internal hingga sharing melalui diskusi dengan
beberapa stake-holder hingga rapat Senat Institut yang memakan waktu kurang
lebih satu tahun, maka Program Studi Teknik Geodesi secara resmi
diselenggarakan berdasarkan Surat Keputusan No. 205/DIKTI/Kep/1998 tanggal 24
Juni 1998 merubah dirinya pada tanggal 21 April
2006 menjadi Program Studi Teknik Geomatika dengan surat Keputusan
Rektor ITS No. 2029.1/KO3/PP/2006.
Mengingat
besarnya kebutuhan SDM bidang Survey Dan Pemetaan, Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro membuka Program Studi Teknik Geodesi, yang telah disetujui
Departemen Pendidikan Nasional, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
dengan ijin penyelenggaraan pendirian Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang dengan surat bernomor 3774/D/T/2004,
tanggal 15 September 2004
Jurusan TeknikGeodesi dibuka melalui sesuai Surat Keputusan (SK) Ditjen Dikti Nomor
441/E.E2/DT/2014 Tanggal 18 Juni Tentang Penugasan Penambahan Program Studi
Baru di Lingkungan Universitas Lampung.
Institut Teknologi Sumatera (ITERA) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang
berkedudukan di Kota Bandar Lampung. ITERA didirikan berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2014 tentang Pendirian Institut Teknologi
Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 253) yang
ditetapkan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 6
Oktober 2014 dan
diundangkan tanggal 9 Oktober 2014. Walaupun
peresmiannya dilaksanakan pada tahun 2014, namun ITERA sudah memulai kegiatan
akademik dengan menerima mahasiswa baru sejak tahun 2012-2013.
Program Studi
ini bernama Teknik Geodesi dan Geomatika pada awalnya, dan diubah menjadi
Teknik Geomatika menyesuaikan dengan nomenklatur terbaru mengenai nama prodi
yang telah ditetapkan pemerintah. Geomatika muncul dalam konteks integrasi
beberapa disiplin ilmu dan profesi yang berhubungan dengan data dan informasi
geospasial (berhubungan dengan pengukuran dan pemetaan digital),
masalah-masalah kebumian dan kelautan berikut semua aspek yang terkait
didalamnya (penataan ruang, tata guna lahan, lingkungan, sosial ekonomi), serta
komputer terapan.
Okay diatas merupakan Jurusan Teknik Geodesi
Geomatika Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Indonesia hingga saat ini.
Selanjutnya In sya’ Allah akan q bahas tentang Jurusan Teknik Geodesi Geomatika
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) nya, begitu juga Jurusan Teknik Geodesi Geomatika
Perguruan Tinggi di Luar Negeri dan Program Pascasarjananya.
.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Teknologi_Sumatera
No comments:
Post a Comment