navigasi

Saturday, April 25, 2020

Hikmah Tak Mudik Lebaran karena Covid19


Kemenhub mengeluarkan Permenhub nomor 25 tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19. Dengan adanya Permenhub ini, Angkasa Pura Airport menghentikan Layanan penerbangan komersial 24 April 2020 - 31 Mei 2020.
Praktis q yang saat ini bertugas sebagai ASN di Kantor Pertanahan Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat harus mengurungkan niat untuk mudik di kampung halaman tercinta (Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah), ditambah sebelumnya sudah ada SE Menpan RB no.46 th.2020 tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian Keluar Daerah dan/ Kegiatan Mudik dan/ Cuti bagi ASN dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19.
Semua akses untuk mudik dari Sorong menuju Pemalang sudah ditutup. Mulai Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (tempat transit), Bandara Achmad Yani Semarang, Bandara Juanda Surabaya, Bandara NYIA Yogya, hingga Bandara Soetta.
Tentunya dipastikan 99% q harus siap pertama kalinya merasakan suasana puasa Ramadhan hingga shalat Idul Fitri di tanah rantau. Padahal tiket mudik udah q beli jauh2 hari, tapi apalah daya mau g mau harus refund karena kebijakan tersebut.

Alhamdulillah suasana Ramadhan kali ini di tanah rantau berbeda dari tahun2 sebelumnya karena q sudah dibersamai dengan bidadari surgaku yang resmi menikah 16 Desember 2019 lalu.
MasyaAllah tak terasa sudah 4 bulan lebih kita bersama. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu memberi keberkahan & meridhoi perjalanan rumah tangga kami ini hingga akhir kelak. Dimana tujuan akhir & utama q bisa membawa keluarga bersama berkumpul di surga-Nya dan bertemu Allah subhanahu wa ta'ala. Aamiin. 
Okay kembali ke tema utama ya, walau ada rasa sedih karena lebaran gbs bertemu orang tua, adek, mertua, kakak,  dan keluarga besar lainnya, tapi paling tidak kesedihan itu bisa sedikit terobati dengan adanya bidadari surgaku yang selalu support & terus mendampingi disetiap langkah q saat ini. Ea...
Kita harus 100% yakin semua ini atas kehendak Allah subhanahu wa ta'ala, pasti banyak hikmah dari setiap kejadian yang ada di muka bumi ini dan dialami kita saat ini.
Btw kenapa q nulis kemungkinan 99%? Karena ada 1% yang "nothing is impossible"... Who knows ya... Hehe...

Seperti q yang kemungkinan 99% gbs merasakan lebaran di kampung halaman, beberapa hikmah dan InsyaAllah pahala yang bisa didapatkan diantaranya :


1) Adanya pahala yg luar biasa jika di tanah rantau diniatkan untuk mencari nafkah keluarga karena Allah subhanahu wa ta'ala.

Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu”
(HR. Bukhari 56 dan Muslim 1628).

Rasulullah bersabda : 
“Dinar (uang) yang kamu infakkan (untuk kepentingan berjihad) di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak, dinar yang kamu sedekahkan untuk orang miskin, dan dinar yang kamu infakkan untuk (kebutuhan) keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah dinar yang kamu infakkan untuk keluargamu”
(HR. Muslim 2358).


2) Bisa saja sebelum waktu libur yang ditetapkan pemerintah q pulang kampung duluan, namun q terikat amanah sebagai ASN disini, yang mana ada ganjaran pahala yang luar biasa jika kita menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” 
(HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Menunaikan amanat yang dimaksudkan adalah umum mencakup segala yang diwajibkan pada seorang hamba, baik hak Allah atau hak sesama manusia” 
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4: 124).


3) Kita bisa sepenuhnya mengimplementasikan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk tidak mendatangi / keluar di suatu negeri yang terkena wabah.

Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ath-tha’un (wabah), kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan,
“Wabah adalah azab yang Allah turunkan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Namun, wabah itu dijadikan oleh Allah sebagai rahmat untuk orang beriman. Ketika terjadi wabah, siapa pun tinggal di dalam rumahnya dalam keadaan sabar, mengharap pahala dari Allah, ia tahu bahwa tidaklah wabah itu terkena melainkan dengan takdir Allah, maka ia akan mendapatkan pahala syahid.”
(HR. Ahmad, 6:251.)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan, dari Amir bin Saad bin Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar sang ayah bertanya kepada Usamah bin Zaid,
"Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah berkaitan dengan wabah thaun?"
Usamah menjawab, 
"Rasulullah pernah bersabda : Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu."
(HR Bukhari-Muslim)


4) Tentunya dengan tidak pulkam ada beberapa pintu pahala yang tidak bisa didapat, seperti menyambung silaturrahim, namun dengan kondisi yang ada saat ini kita bisa mengambil kaidah,
“menolak mafsadat lebih utama daripada mengambil maslahat”.

InsyaAllah jika semua ini diniatkan karena Allah subhanahu wa ta'ala maka pintu2 pahala yang tidak bisa kita dapat saat di kampung halaman akan Allah ganti dengan pahala semisalnya walau di tanah rantau.
"Ampuni atas segala dosa2 yang telah kita lakukan selama ini ya Robb... Semoga Allah subhanahu wa ta'ala segera mengangkat wabah Covid19 dari muka bumi ini, memberi pahala kepada para pejuang2 yang terus melakukan ikhtiar menuntaskan Covid19 ini, dan  selalu menjaga keluarga q tercinta dimanapun berada khususnya Pemalang"
Aamiin.
Wallahu a'lam.

#Kabsor 25/4/2020. 2 Ramadhan 1441 H.

Referensi :
https://muslimah.or.id/5148-kaidah-penting-menolak-mafsadat-didahulukan-daripada-mengambil-manfaat.html
https://republika.co.id/berita/q79vwp430/ulama-jelaskan-hadits-nabi-muhammad-soal-wabah-penyakit
https://rumaysho.com/2345-pegawai-yang-amanat.html
https://konsultasisyariah.com/23815-menafkahi-keluarga-itu-berpahala.html

No comments: