navigasi

Wednesday, October 19, 2016

International Conference Siapa Takut? #ICOIRS 2016

Bersama Canny dan Syahrir alumni Geodesi UNDIP kalian Luar Biasa
      18 September 2016 teman baik saya saat kuliah S1 Teknik Geodesi UNDIP, Arliandy P. Arbad yang saat ini melanjutkan study di Tokyo University menelepon untuk join dalam acara International Conference of Indonesian Society for Remote Sensing (ICORS 2016). Dia menjelaskan dengan sangat antusias terkait dengan Remote sensing and GIS applications :Disaster Risk Reduction and Management. Tanpa pikir panjang saya iyakan saja. Selanjutnya 26 September paper kita dengan judul Observing Deformation at Mt.Raung East Java Based on PALSAR-2 Imagery by Using Interferometric SAR langsung di submit.
          11 Oktober kami mendapat invitation letter untuk mempresentasikan abstrak di ICOIRS tersebut. Saat saya melihat informasi tersebut rasa senang sekaligus takut bercampur disana, senang karena bisa mengikuti International Conference pertama kali, takut karena harus mempresentasikan dalam bahasa Inggris dan secara topik penelitian bukan bidang keahlian saya. Lebih parah lagi si Arbad sebagai Co-Author ternyata tidak bisa hadir di Yogyakarta, karena bertepatan ada presentasi juga di Colombo, Srilanka.
Mulai 11 Oktober saya terus meningkatkan skill bahasa inggris dan memperdalam tentang paper yang akan saya presentasikan ini. Waktu berjalan sangat cepat hingga H-1 conference saya masih galau dan pikiran-pikiran negatif terus muncul dalam pikiran. “Wah speaking english masih kacau, penguasaan materi presentasi semakin dipelajari semakin banyak pula yang ternyata perlu dipahami, kalau ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab gimana? Mau ditaruh mana muka saya, dll.”

Alhamdulillah akhirnya pagi 17 Oktober jam 7.30 Arbad nelpon dan memberi semangat, “Geng menurut ku kesempatan presentasi International Conference seperti ini adalah kesempatan langka dan belum tentu kamu masih bisa merasakan di waktu yang akan datang. Ambil lah. Yang penting kita sudah usaha dan usaha. Kalau saat presentasi kita tidak tahu ya bilang tidak tahu, kalau diberi saran ya diterima saja, kalau ada yang membantai ya biarkan saja toh kita belum tentu ketemu dia lagi. Tinggal kedepan perbaiki lagi.” Okay langsung pukul 8.00 saya putuskan untuk mengikuti ICOIRS tersebut.
Hari pertama conference saya kaget karena ternyata semua keynote speaker menggunakan bahasa inggris (ya iyalah namanya juga International Conference). Mau tidak mau saya harus focus tingkat tinggi untuk bisa memahami materi yang disampaikan pemibacara. Kemudian pukul 12.45 masuk ke sesi presentasi, nah disini saya benar-benar mempelajari bagaimana para presenter menyampaikan isi paper mereka. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari presentasi hari pertama, dimana ketika tidak tahu ya sampaikan saja, ketika tidak bisa bahasa Inggris ya sampaikan saja dalam bahasa Indonesia. Ada professor yang menggunakan bilingual (Inggris dan Indonesia), ada mahasiswa yang full Indonesia. Bermacam-macam syle disini, yang penting action dahulu, kalahkan rasa takut dan pikiran negatif dalam diri kamu.
Hari kedua dalam hal pemahaman komunikasi bahasa Inggris sudah lebih baik dari sebelumnya. Sore setelah malam saya terus memperdalam materi presentasi di KP FT.
Hari ketiga, 19 Oktober 2016 merupakan salah satu hari yang paling berkesan dan mendebarkan. Mendebarkan karena ini pertama kali saya mempresentasikan paper di International Conference dalam bahasa Inggris lagi, berkesan karena bakal menjadi catatan hidup dan pembelajaran yang luar biasa untuk saya setelah ini. Pagi saya kuliah hingga pukul 9.30 selanjutnya mempelajari kembali presentasi hingga pukul 11.00 di KP FT. Sebelumnya pukul 10.30 saya mendapat suplemen semangat dari papah,” Tidak apa yang dihadapi professor atau lainnya, mereka juga belum tentu paham apa yang kita sampaikan, yang penting untuk pengalaman”. Pukul 11.15 saya langsung menuju ke Grand Sahid Hotel tempat ICORS.
Ruang Orchid 3 tempat Saya Presentasi
Daftar Presenter di Ruang Orchid 3
Waktu menunjukkan pukul 12.45, setelah shalat langsung saya menuju ruangan Orchid 3 menempati meja paling depan sebelah kiri. Alhamdulillah disana ada Canny dan Syahrir yang juga terus mensupport saya agar tetap semangat. Saya juga sudah pasrah apapun yang terjadi, mau tidak mau bisa tidak bisa harus dihadapi. Disana yang bertindak sebagai MC adalah Dzimar adiknya Derta, saya tanya ke dia,”siapa yang menjadi moderator& penilai?”. Dia Jawab,” Dr. Matthew Blackett, Senior Lecturer Geography, Enviromental, and Disaster Management. Faculty of Business, Environment, and Society, Conventry University, UK.”. Saya dalam hati,”Wow betapa beruntungnya aku, sudah pengalaman pertama, ditambah moderator dan penilai native English”. Ditambah Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS masuk untuk melihat presentasi kami.
Saat Presentasi
          Tepat pukul 13.00 presentasi dimulai oleh presenter pertama yaitu pak Sudaryatno tentang Drough Vulnerability Mapping with Geomorphological Approach ini DIY and Mid-Java. Selanjutnya baru saya, benar karena pengalaman pertama jadi presentasi saya masih kurang lancar, namun tepat waktu 15 menit alokasi untuk presentasi. Saya akhiri presentasi dengan,”Sorry if my presentation not fluently because this is the first but I’m try to the best perform”. Mr.Blackett said,”Oh no problem, your English is very good”. Kemudian masuk di sesi tanya jawab, ada 3 penanya, dimana penanya pertama adalah Prof.Hartono. Saya mencoba menjawab dengan bahasa inggris dan kadang dicampuri dengan bahasa Indonesia, Alhamdulillah semua penanya mantuk-mantuk (mengangguk) menandakan membenarkan jawaban saya. Walau dalam hati saya,”kayanya kok mengangguk dengan terpaksa ya.haha”.
          Presentasi selesai saya sangat bersyukur semoga menjadi pembelajaran untuk lebih baik lagi di presentasi selanjutnya. Mr. Blackett berpesan,”No problem if you wrong, be brave, let’s try and try again, you are very good”. dan Prof.Hartono berpesan,”Saya dulu juga saat dihadapan petinggi lapan gemetaran, tapi karena terus mencoba sekarang sudah terbiasa. Kamu juga sudah bagus, tadi masih sedikit grogi, tapi mental sudah bagus, berusaha untuk tampil tenang, semoga lebih baik lagi”.
Bersama Prof. Hartono sebagai Keynote Speaker ICOIRS
          Closing ceremony pun tiba dimulai pukul 16.15. Saya sama sekali tidak berharap mendapatkan penghargaan apapun karena ini pengalaman pertama. Akan tetapi Allah Swt berkehendak lain, kami mendapatkan award sebagai best paper dalam ICOIRS 2016 ini. Sebagai awal ini menjadi pencapaian luar biasa semoga kedepan tidak hanya best paper namun juga best presenter. Aamiin. Semua tak lepas dari sahabat ku yang juga sebagai co-Author, Arbad dan Orang tua yang telah mendoakan ku di ICOIRS ini. Semoga saya bisa terus meningkatkan kemampuan dan menebar kebermanfaatan kepada orang-orang sekitar.
Sertifikat Best Paper
          Pelajaran yang bisa diambil dari mengikuti ICOIRS ini adalah berani mencoba, jangan terlalu banyak berfikiran negatif yang penting action dulu, kalahkan rasa takut dalam diri, kerja keras, dan tentunya doa pasti sangat berpengaruh.
 
Bersama Prof. Dewayani, President MAPIN. 


No comments: